7 Tradisi Masyarakat Maluku yang Menjadi Daya Tarik Pariwisata


Maluku adalah provinsi kepulauan terbesar di Indonesia yang berdiri di timur NKRI. Maluku sudah dikenal sejak masa penjajahan dengan rempah-rempah khas yaitu pala dan cengkih juga tanaman yang menjadi makanan pokok masyarkat Maluku sagu. Maluku kaya akan kekayaan alam yang melimpah menjadikan Maluku memiliki aset alam yang luar biasa mulai dari laut hingga daratan. Seni budaya serta adat istiadat tradisinya juga menjadi daya tarik sendiri bagi Maluku. Tradisi-tradisi berikut merupakan daya tarik pariwisata Maluku yang akan sangat disayangkan bila tak sempat menikmatinya bila sedang berlibur di tanah Raja-raja.

  1. Makan Patita

Makan Patita adalah tradisi yang rajin dilakukan dalam setahun. Makan Patita diselenggarakan untuk merayakan hari-hari penting seperti 17-an, HUT kota dll. Makan  Patita adalah tradisi makan bersama sekelompok masyarakat dengan menyajikan menu makanan khas Maluku seperti ikan asar, kokohu, patatas rebus, singkong rebus dll. Setiap rumah akan memasak menu khas Maluku dalam jumlah banyak kemudian, menu-menu itu akan dibawa ke lokasi makan patita untuk dimakan bersama-sama. Makan Patita biasanya berlokasi ditempat terbuka seperti lapangan, jalan-jalan desa dan ada juga yang didalam gedung. Meja Patita adalah sebutan untuk tempat meletakan makanan. Biasanya meja patita ada yang terbuat dari daun kelapa atau daun pisang yang ditata disepanjang jalan/lokasi sebagai alas, ada juga yang menggunakan meja kayu yang ditutupi daun pisang sebagi meja. Tradisi ini bertujuan untuk mengenalkan menu khas Maluku juga meningkatkan kekerabatan dan kebersamaan dalam kehidupan masyrakat.

  1. Pukul Sapu

Pukul Sapu adalah tradisi berikutnya. Pukul Sapu merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat desa Mamala sebuah desa yang berada di pulau Ambon.Tradisi ini dilakukan setiap 7 Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri, tradisi ini dilakukan oleh para lelaki. Mereka bertelanjang dada dengan menggunakan celana pendek dan ikat kepala. Sebelum mereka melakukan aktraksi pukul memukul mereka akan dikumpulkan di rumah adat untuk mengikuti serangkaian acara adat dan meminta doa kepada leluhur agar diberkati. Pemain pukul sapu berjumlah 10 sampai 15 orang yang terbagi dalam 2 kelompok dengan warna celana berbeda. Mereka memegang sapu lidi yang terbuat dari tulang daun pohon mayang (Pohon Enau) dengan panjang sekitar 1,5 meter dengan diameter pangkal lidi 1-3 cm. Mereka akan mulai saling memukul sampai tubuh mereka luka-luka dan bengkak, namun para pemain pukul sapu mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa sakit pada tubuh mereka, mereka hanya mereasa nyaman dan geli ketika setiap lidi dari sapu itu dipukulkan ke badan mereka.

  1. Bambu Gila

Berikut ini adalah tradisi yang punya kaitan dengan hal mistis. Bambu Gila adalah tradisi Maluku yang erat dengan hal mistis. Di pulau Ambon, pertunjukan Bambu Gila bisa ditemukan di desa Liang dan desa Mamala. Tradisi ini dimulai dengan menebang batang bambu, batang bambu yang digunakan tidak sembarang dipili,sang pawang haruslah melakukan serangkaian adat untuk meminta izin penebangan batang bambu dihutan bambu. Bambu yang dipakai untuk tradisi ini adalah bambu dengan ruas ganjil, panjang bambu bisa mencapai 2,5 meter dengan diameter 8-10 cm. Setelah mendapatkan bambu, berikut yang harus disediakan adalah kemenyaan, mantra dan para lelaki yang berjumlah ganjil sebagai penahan bambu. Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah semua keperluan harus berjumlah ganjil. Para lelaki penahan bambu biasanya bertubuh tegap atletis dengan tenaga yang kuat, hal ini dikarenakan mereka harus mampu menahan bambu yang akan meronta dengan sangat ganas, mereka pun hanya memakai celana pendek merah atau hitam dengan ikat kepala tanpa mengenakan sehelai baju untuk menutup dada namun, dengan beberapa alasan terkadang para pemain bambu gila diharuskan mengenakan baju menutup dada. Setelah semua persiapan baik adat maupun tidak siap disediakan, maka atraksi akan dimulai. Sang pawang akan mengarahkan roh yang ada didalam bambu sambil memegang wadah berisi kemenyaan sambil membacakan mantra. Roh itu akan merontah dan membuat para penahan bambu terlempar kesana-kemari, namun para penahan harus mampu menahan bambu sampai roh itu bisa ditenangkan oleh sang pawang.

  1. Malam Badendang

Badendang dalam bahasa Ambon berarti berdansa/bergoyang. Tradisi Malam Badendang merupakan sarana untuk berkumpul keluarga dan membangun kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Dalam acara ini para peserta acara akan menarikan tari-tarian daerah seperti katerji dan orlapei. Acara yang berlangsung semalam suntuk ini juga dimeriahkan dengan karoke dan makanan khas Maluku. Selain dilaksanakan untuk acara kumpul keluarga, malam badendang juga diselenggarakan untuk memeriahkan acara seperti pernikahan,sidi,wisuda, dll. Acara ini digelar setelah jam 12 malam saat para tamu undangan telah pulang dan yang tinggal hanya keluarga dan kerabat. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu yang energik dan yang slow. Tarian dalam acara seperti ini adalah tarian bebas layaknya sedang dugem di club malam.

  1. Tradisi Timba Laor

Laor adalah sebutan untuk hewan laut mirip cacing yang hidup dikarang. Biasanya masyarakat akan pergi ke pantai pada malam hari untuk mengambil hewan ini. Hewan ini dimakan dengan mentah atau digoreng. Laor mentah hanya dicampur dengan cuka dan garam ditambah irisan bawang merah sedangkan laor yang digoreng tentunya digoreng seperti biasa. Namun tradisi ini tidak setiap tahunnya ada karena laor tidak muncul setiap tahunnya.

  1. Tradisi Cuci Negeri

Negeri adalah sebutan untuk desa-desa di Maluku. Orang Maluku lebih kenal negeri daripada desa. Negeri-negeri ini dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut Bapa Raja. Tradisi cuci negeri sendiri adalah tradisi rutin yang dilakukan masyarakat pedesaan untuk membersihkan lokasi-lokasi yang diyakini menjadi tempat mistis pada leluhur atau nenek moyang. Cuci negeri dilaksanakan setiap akhir tahun sekitar tanggal 27-29 Desember tiap tahunnya. Masyarakat satu desa akan berkumpul didepan Baileo sebelum melaksanakan kegiatan dengan membawa peralatan adat yang diperlukan, setelah itu masyarakat akan berbondong-bondong bergerak menuju tempat-tempat seperti sumur dan tempat bertapah nenek moyang dan membersihkan lokasi itu. Setelah itu pada sore harinya, masyarakat akan kembali ke depan Baileo untuk makan bersama da menyaksikan penampilan seni dan budaya Maluku.

  1. Pela Gandong

Pela Gandong adalah tradisi yang sudah melekat dalam diri tiap masyarakat Maluku dan tradisi ini masih bertahan hingga sekarang. Oleh karena tradisi inilah Maluku disebut Negeri Pela Gandong. Pela Gandong sendiri ada tradisi yang berbeda satu sama lain namun bertujuan sama yaitu untuk kebersamaan dan kekeluargaan. Pela dilaksanakan untuk mengikat kekeluargaan antar dua desa beragam sama sedangkan Gandong untuk yang  berbeda agama. Pela dan Gandong dilaksanakan untuk mengikat kekeluargaan dan hidup aman saling menghargai dan menghormati sesama masyarakat Maluku.

Nah itu 7 tradisi Maluku yang hingga sekarang masih dipertahankan dan menjadi daya tarik pariwisata Maluku. Anda berminat untuk melihat langsung tradisi ini? berkunjunglah ke Maluku. Semoga info ini menambah wawasan anda tentang budaya negeri kita Indonesia

Sumber: https://keepo.me/royke.warella/7-tradisi-masyarakat-maluku-yang-menjadi-daya-tarik-pariwisata

(Dikunjungi : 10,914 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
8
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
6
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
2
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
10
Sangat Suka

Komentar Anda

Share