Menagih Janji Ibu Ratna


Dua minggu sudah Ibu Ratna tinggal dan mengajar di SD Niniki. Hari ini tidak ada aktivitas mengajar di sekolah. Sebab hari ini adalah hari Minggu. Harinya Tuhan bagi masyarakat Kristen di Jayawijaya. Pagi itu bunyi lonceng gereja terdengar begitu nyaring. Ibu Ratna mendengarnya beberapa kali dari dalam rumah. Sebagai muslim, Ibu Ratna  sadar bahwa dirinya berada pada lingkungan masyarakat beragama Kristen. Tetiba Ibu Ratna ingat ketika awal dirinya menjatuhkan pilihan memilih Papua sebagai tempat pengabdian bertugas sebagai seorang guru. Ada keberatan di hati kedua orang tua Ratna.

“Mengapa mesti Papua Nak. Apa tidak bisa di daerah lain?” tanya Ayah Ratna.

“Iya mengapa mesti engkau pilih Papua? Cobalah pertimbangkan dengan baik. Jaraknya jauh. Di sana tiadalah aman dikata kebanyakan orang. Selalu berita mengenai Papua tentang kekerasan dan konflik berkepanjangan. Tambah lagi di sana masyarakatnya beragama Kristen. Apa tidaklah sulit bagi kita yang muslim melaksanakan ibadah?” gelisah Ibu Ratna kian bertambah.

Ratna sadar pilihan tersebut membuat gusar hati kedua orang tuanya. Hampir-hampir orang tuanya tidak memberikan izin jika tidak Ratna yang keras meminta. Kini Ratna sudah berada di tanah Papua. Apa yang sudah diputuskan akan dijalankan. Lamunan Ratna hilang ketika dari luar rumah siswanya memanggil.

“Pagi bu guru. Bu guru, ko ada di rumah kah tidak?” panggil Thomas Meaga.

“Iyo ada. Tunggu sabanta ee,” jawab Ibu Ratna sembari membukakan pintu.

Ibu Ratna mendapati ada lima siswanya di luar. Thomas Meaga, Asmina Kogoya, Isak Wenda, Charles Lengka, dan Pilemon Wetipo sambil membawa beberapa sayur.

“Bu guru, ini ada sayur untuk ko kasih masak nanti,” sebut Asmina sambil memberikan hipere, kol, daun bawang, dan rica.

“Sa pu Mama juga ada kasih ko kangkung ini,” tambah Isak.

“Waa waa waa waa. Terima kasih anak. Ibu guru senang sekali kalian beri ibu sayur seperti ini. Baru ko semua tidak ke gereja kah? Ibadah sama ko pu bapak dan mama,” tanya Ibu Ratna menambah pembicaraan.

“Ah sudah ibu guru,” jawab serentak seluruh siswa. “Kami ada kemari ingin ko kasih kita cerita yang kemarin tra jadi toh,” pinta siswa sembari menagih janji kepada Ibu guru Ratna

“Benarkah? Kalian masih ingin ibu guru kasih cerita.”

“Benar bu guru. Ko ada janji kemarin toh mo kasih kita cerita.

Ibu Ratna memang memiliki janji kepada siswanya untuk bercerita tentang kisah “Nenek Musannikhe dan Hipere”. Suatu cerita rakyat dari tanah Baliem. Cerita tersebut didapati Ibu Ratna di dalam buku “Dari Timur ke Timur” pemberian seorang kawannya bernama Elfrida Siregar yang bekerja di yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) cluster Jayawijaya. Berhubung saat itu lonceng sekolah tanda pulang sudah berbunyi, Ibu Ratna menunda cerita tersebut dan berjanji hari Minggu untuk menceritakan. Tidak disangka, siswa datang menagih janji ibu Ratna.

“Sebelum bercerita, ibu mau ko duduk melingkar di halaman depan sekolah sekarang!”

Anak-anak mulai berlarian menuju halaman depan sekolah. Semua anak tampak semangat berlarian. Mereka tak sabar mendengarkan Ibu guru Ratna bercerita.  Ibu guru Ratna sangat pintar bercerita di depan siswanya. Setiap bercerita, siswa selalu merasa antusias mendengarkan. Kadang ekspresi mereka yang serius menjadi tontonan akrab Ibu Ratna.  Ibu guru Ratna memilih waktu yang tepat saat bercerita. Ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan di dalam kelas. Ibu Ratna berkeyakinan bahwa membacakan cerita kepada siswa secara rutin di kelas dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi yang baik. Selain itu, siswa juga belajar untuk memahami struktur cerita yang akan meningkatkan kemampuannya untuk menceritakan ulang cerita secara lisan. Ibu guru Ratna berharap kemampuan literasi siswanya meningkat sejalan dengan hadirnya ia di sekolah tersebut. Hadirnya siswa membuat Ibu Ratna dapat melupakan sedikit persoalan dalam batinnya. Akankah Ibu Ratna kerasan tinggal di tanah Baliem?

Pekanbaru, 22 Januari 2018

(Dikunjungi : 140 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
2
Sangat Suka

Komentar Anda

Share