Guru adalah Pramuka


Akrab terdengar di pendengaran saya dari sekian persen guru yang berucap “saya bukan orang Pramuka” atau “saya tidak tahu Pramuka”. Fenomena ini tidak terlepas dari mekanisme kelompok yang tercipta secara alami dari entitas sosial yang ada di lingkungan pendidikan dewasa ini. Padahal, guru sejatinya adalah seorang Pramuka. Menurut Pasal 1 UU Nomor 12 Tahun 2010 mendefinisikan Pramuka sebagai seorang warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka. Masih pada pasal yang sama, pendidikan kepramukaan dijabarkan sebagai proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among. Sistem among sendiri merupakan buah pikir dari Ki Hadjar Dewantara yang pertama kali diterapkan pada pendidikan Taman Siswa yang didirikannya. Wangid (2009) dalam tulisannya mengatakan bahwa sebagai suatu model konseptual, sistem among karya Ki Hadjar Dewantara yang terdapat dalam berbagai dokumen, merupakan suatu sistem pendidikan dan pembelajaran yang lengkap dan komprehensif, baik teknis maupun filosofis. Sistem yang juga diterapkan dan diinternalisasikan ke dalam model pendidikan di Indonesia ini tentunya juga merupakan sistem yang dipakai oleh para guru di Indonesia. Persoalannya bukan pada seragam atau tidak berseragam pramuka tetapi lebih kepada bagaimana kita menempatkan diri sebagai guru yang mampu menjiwai pramuka dan menerapkannya dalam proses pendidikan dengan sistem amongnya.

Siswa sebagai peserta didik di sekolah merupakan bagian dari upaya kita untuk membentuk pribadi yang utuh, memiliki kecakapan hidup, dan berakhlak mulia sebagaimana yang tertuang dalam proses pendidikan kepramukaan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tujuan pendidikan nasional kita yang dikemudian hari menjadi nafas kita bersama dalam menjalankan proses pendidikan di sekolah. Baden-Powell (1908) dalam bukunya yang terkenal “Scouting For Boys” menulis bahwa “scouting has been described by more than one enthusiast as a revolution in education…”. Pramuka hadir sebagai sebuah model baru dalam pendidikan di awal abad ke-20. Model pendidikan yang bersentuhan langsung dengan alam ini langsung menemui banyak peminat dari berbagai kalangan di dunia. Pendidikan Kepramukaan kemudian berkembang pesat di berbagai negara, salah satunya di Indonesia. Sehingga menjadi keniscayaan bagi setiap guru hari ini untuk mengambil bagian sebagai seorang pendidik yang berjiwa pramuka terlepas dari fakta dia aktif atau tidak sebagai anggota Pramuka. Karena sejatinya tujuan pendidikan dan tujuan pramuka adalah “saudara” dari satu rahim yang sama.

(Dikunjungi : 143 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
0
Sangat Suka

Komentar Anda

Share